Sunday, July 21, 2013

He was Born

Rabu, 10 Juli 2013, tepat 1 Ramadhan 1434 H. Sekitar pukul 2 dini hari, aku dibangunkan oleh istriku yang mulai merasakan kontraksi. Sebenarnya kontraksi sudah mulai terasa semalam saat shalat tarawih. Tak berpikir lama, aku siapkan 2 tas perlengkapan lahiran untuk dibawa kerumah sakit yang sudah disiapkan jauh-jauh hari oleh istriku. Mencoba untuk tetap tenang dalam suasana hati yang mulai tegang.

Memasuki pukul 3, rasa nyeri yang dirasakan istriku semakin meningkat. Aku coba mulai telpon pihak rumah sakit. Berkali-kali namun tetap tidak ada yang mengangkat. Mulai terpikir untuk mencari taksi, telepon call centre si burung biru, namun tak ada yang available untuk menjemput. Ku coba telepon taksi sebelah, si Express putih. Memberikanku harapan. Dan ku lihat istriku masih dalam kesakitan menahan nyeri kontraksi.

Sambil menunggu kabar taksi, aku ambil makan untuk sahur. Disaat makan sahur, terdengar suara ringtone handphone, “Ibu Naning calling…”. Feeling seorang ibu, itu yang aku rasakan. “Dah sahur belum?”. Kebiasaan ibu di hari pertama bulan Ramadhan, menelepon anaknya menayakan apakah sudah sahur atau belum.  “Ini lagi sahur bu”, mencoba menjawab tenang. Masih belum ada kabar dari taksi. Selesai makan, gantian aku yang telpon ibu Pasuruan. “Bu, Dian kontraksi. Ini lagi nunggu taksi, pagi ini mau dibawa ke rumah sakit”. Entah apa yang dirasakan ibu waktu itu, mungkin ikut tegang. “Oh iya, gak usah tegang ya..” jawab ibu mencoba membuatku tetap tenang. Aku sendiri tak begitu tahu pasti, ibu menjawab dengan tenang, meski ku yakin ibu dalam kondisi yang sama seperti yang kurasakan. Taksi Express memberi kabar kalau belum ada taksi yang available.

Memasuki pukul 4 pagi. Istriku sudah berganti pakaian, bersiap untuk berangkat ke rumah sakit. Sementara dari tadi aku coba telpon ke rumah sakit tidak ada yang mengangkat. Spontan aku ambil kamera, menawarkan foto kehamilannya. “Bun.. kalau memang harus lahiran hari ini, mungkin ini momen terakhir kita ambil foto kehamilan bunda sebelum dedek lahir”. Kita memang berencana ambil foto pregnancy tapi belum jadi-jadi,hehe. Sambil menahan sakitnya, istriku pun berpose dengan background tembok kamar seadanya J. Cekrek! Cekrek!


Taksi tak memberi jawaban pasti. Aku ambil inisiatif jemput bola, keluar menuju jalan raya. Alhamdulillah tak lama sesampainya di jalan raya ada taksi Putra yang melintas. “Pak, minta tolong antar ke rumah sakit, sepertinya istri saya mau melahirkan”. Sang sopir pun sigap mempercepat laju taksinya. Taksi hanya bisa berhenti didepan gang jalan depan rumah karena jalan sedang diperbaiki. Bergegas kembali ke rumah, aku bersiap-siap membawa istriku ke rumah sakit. Masih di teras rumah, terdengar adzan subuh berkumandang. Aku pun mengambil wudhu dan shalat subuh dulu dirumah sebentar. Sambil tertatih-tatih, istriku menahan sakit menuju taksi yang sudah menunggu di ujung jalan. Dan taksi pun meluncur segera menuju RSIA Buah Hati Pamulang.

Sekitar pukul 5 lebih 15 menit sampai di rumah sakit. Istriku langsung dibawa ke ruang UGD, segera ditangani oleh bidan. “Ini sudah bukaan 4 pak”. Segera aku infokan ke bidan bahwa kita akan ambil proses kelahiran cesar karena ku tahu ibu bidan akan melakukan penanganan persalinan normal. “Lho.. kenapa operasi pak? Sudah tipis ko’..”. Aku pun menjelaskan alasannya bahwa kita ambil aman mengambil persalinan cesar karena kondisi mata istri yang sudah minus 6, melebihi batas aman untuk persalinan normal yaitu minus 5. Dokter kami pun, yang notabene pro-normal, menyarankan untuk ambil persalinan cesar. Bidan pun segera menelepon sang dokter, dr. Wiropan, SpOG. Sembari menunggu dokter datang, aku selesaikan administrasi persalinan.

Istriku pun dibawa masuk ke ruang operasi. Aku... hanya bisa menunggu sambil berdoa dalam suasana hati yang campur aduk. Perasaan cemas, bahagia, khawatir, tegang.. semua mengeroyokiku seketika. Hanya bisa mencoba tetap tenang dalam doa.

Pukul 06.05 wib, terdengar bunyi tangis bayi dari dalam ruang operasi. Bahagia, namun belum sepenuhnya. Masih menunggu kabar selengkapnya istri & anakku. Akhirnya, seorang suster keluar dari balik pintu, menggendong bayi mungil yang terbalut kain. "Selamat ya pak.. bayinya laki-laki. Silahkan di adzankan & diiqamatkan ya pak, adzan di teliga kana, iqamat di telinga kiri". Alhamdulillah... puji syukur kupanjatkan pada-Mu ya Rabb.. Dengan penuh haru & bahagia, aku pun mengkumandangkan adzan & iqamat di telinga dedek bayi. Setelah selesai, suster langsung membawanya kembali ke ruang perawatan. Dan kini aku kembali menanti. Menanti kabar kondisi istriku pasca operasi cesar.

Tak lama, terlihat istriku terbaring di tempat tidur dengan kaki roda, dibawa keluar menuju ruang pemulihan. Aku pun segera menemuinya. Ku lihat senyum bahagia di wajah cantiknya. "Alhamdulillah...." sambil ku kecup keningnya. Bahagia tak terkira dalam bola mata yang berkaca. "Dedek dah lahir sayang..:-)". Tak lama, seorang dokter anak datang membawa dedek bayi untuk melakukan IMD, inisiasi menyusui dini. Dedek bayi pun diletakkan di bawah dada ibunya. Perlahan tapi pasti dedek bayi bergerak mencari-cari puting susu. Proses IMD ini berjalan sekitar 15 menit hingga akhirnya dedek bayi berhasil menemukan puting susu ibunya. Bahagianya hati kami. Alhamdulillah target IMD yang kami inginkan terlaksana dengan baik. Dedek bayi mendapatkan kolostrum dari air susu ibunya yang hanya bisa didapatkan sekali dalam seumur hidupnya, yaitu pasca proses melahirkan. Penting bagi kami, karena kolostrum ini akan memberikan imun & kekebalan tubuh bagi si bayi dalam pertumbuhannya kedepan. Untuk target kami selanjutnya adalah memberikan ASI eksklusif 6 bulan kedepan hingga usia 2 tahun nantinya.

Alhamdulillahirabbil'alamin... lengkaplah sudah kebahagiaan kami dengan kehadiran sang buah hati. Terimakasih ya Allah atas anugerah terindah yang Engkau berikan kepada kami di bulan suci Ramadhan tahun ini. 1 Ramadhan 1434 H, telah lahir bayi laki-laki dengan berat 2,05 kilogram, panjang 42 cm. Bayi itu bernama "Bimasena Aryasatya Adiputra".




With love,

Ayah-Bunda Bima